Bisnis online, 2 tempat kerja keduanya produktif menghasilkan

Rabu, 05 September 2012

Petrus

1. Panggilan terhadap Simon Petrus

Simon Petrus harus berterimakasih kepada Andreas, saudaranya, karena dialah yang membawanya kepada Tuhan Yesus(Yoh 1 :35-42). Yohanes menyatakan bahwa Yesus kemudian mengubah namanya dari Simon (yang berarti buluh yang mudah lunglai tertiup angin) menjadi Kefas atau Petrus (yang berarti batu karang) (Yoh. 1:42). Yesus pulalah yang mengubah profesinya dari penjala ikan menjadi penjala manusia (Luk. 5:10).
Tuhan memanggil kita untuk mengubah kita. Ada kuasa pembaharuan dalam panggilan-Nya. Mereka yang mau menerima panggilan-Nya akan mengalami pembaharuan yang luar biasa, bahkan bersifat radikal. Kita dipanggil dari gelap kepada terang, dari hamba dosa kepada hamba kebenaran. Hidup yang lama diubah dengan hidup yang baru (2 Kor. 5:17).

2. Pengakuan-pengakuan Simon Petrus

Dalam kehidupan Simon Petrus, baik sebelum maupun sesudah ia menjadi murid Yesus, ada beberapa pengakuannya yang luar biasa.
Pertama, pengakuan keberdosaan. Sebagai seorang nelayan kawakan di Kapernaum yang terletak di tepi Danau Galilea, Simon Petrus telah gagal menangkap ikan sepanjang malam. Sementara Yesus Kristus, sekali menyuruh mereka kembali bertolak ke tempat yang dalam, langsung diperoleh begitu banyak ikan. Ia merasa dirinya benar-benar tidak berharga di mata Tuhan. Ia tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” (Luk. 5:8). Ini adalah pengakuan yang tulus dari seseorang yang menyadari keadaan dirinya.
Ketika kita berjumpa dengan Kristus, maka kita akan diperhadapkan kepada sebuah cermin yang sangat jelas: siapa Tuhan dan siapa diri kita yang sebenarnya. Kita bukanlah banyaknya harta yang kita miliki, atau tingginya kedudukan dan jabatan kita, atau banyaknya gelar pendidikan yang berhasil kita raih. Kita adalah orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat. Pengakuan keberdosaan harus pernah keluar dari mulut kita. Sama seperti Rasul Paulus sendiri yang menyadari dirinya sebagai orang yang paling berdosa. Tetapi justru karena itulah maka kita akan dapat merasakan betapa besar kasih-Nya yang menyelamatkan kita (1 Tim. 1:15-16).
Bukankah hanya orang sakit yang perlu tabib? Demikian pula hanya orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat!
Kedua, pengakuan keilahian. Di Kaisarea Filipi, ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya siapa Dia sebenarnya, maka Simon Petrus memberikan pengakuan percaya atau credo yang luar biasa: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16). Yesus memberikan respons membenarkan pengakuan tentang keilahian-Nya, bukan karena itu berasal dari diri Simon Petrus, melainkan karena Bapa berkenan menyatakan kebenaran itu kepadanya. Simon Petrus telah menjadi sarana pewahyuan Allah tentang Yesus Kristus, Anak-Nya Yang Tunggal itu. Simon Petrus menjadi alat pemberitaan kebenaran. Simon Petrus telah mengenal Yesus Kristus dengan sebenarnya, sebab Ia memang adalah Mesias, Sang Juruselamat.
Ketiga, pengakuan kesetiaan. Pengakuan Simon Petrus terhadap keilahian Yesus Kristus dilanjutkan dengan pengakuan kesetiaan. Ketika Tuhan Yesus menyampaikan tentang penderitaan yang akan dialami-Nya, Simon Petrus berkata: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama dengan Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (Mat. 26:35). Ini merupakan suatu komitmen yang luar biasa. Janji setia sampai mati!

3. Penyangkalan Simon Petrus
Sayangnya pengakuan kesetiaan Simon Petrus di atas lebih banyak berdasarkan emosi belaka. Kesetiaan atau komitmennya dinyatakan dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Itulah sebabnya Simon Petrus jatuh dalam dosa penyangkalan, sebagaimana yang Yesus Kristus telah katakan. Ia menyangkal Juruselamat, Guru sekaligus Sahabatnya sebanyak tiga kali, yaitu ketika ia dipergoki oleh seorang hamba perempuan, seorang hamba lain, dan beberapa orang secara bersama-sama. Semuanya terjadi di halaman gedung Mahkamah Agama. Dan … ayam pun berkokoklah … (Mat. 26:69-75).
Kita pun mungkin sering menyatakan kata-kata kesetiaan kepada Tuhan tetapi dengan didasarkan kepada kemampuan diri sendiri. Ketika kita diperhadapkan kepada orang-orang lain di dunia ini: dalam bisnis, studi, keluarga, dan masyarakat, kita menyangkal Dia dan kebenaran firman-Nya. Kita kembali menggunakan prinsip dunia ini dan tidak lagi hidup berdasarkan prinsip Kerajaan Allah. Tak ada orang yang kebal terhadap godaan untuk menyangkal Yesus. Kita sama rapuhnya dengan Simon Petrus, walaupun dalam bentuk dan intensitasyang berbeda.

4. Pemulihan Simon Petrus
To error is human. Berbuat kesalahan itu manusiawi. Benar! Tak ada manusia yang sempurna. Simon Petrus pernah menyangkal Tuhan Yesus. Kita pun mungkin pernah menyangkali-Nya. Namun ketika kesalahan itu disadari, dosa itu disesali dan mau dilanjutkan dengan pertobatan, maka selalu datang pemulihan.
Kembali di tepi Danau Galilea, ketika Tuhan Yesus mempertanyakan kembali komitmen Simon Petrus untuk mengikut dan melayani-Nya, maka keluar kalimat yang luar biasa dari mulutnya: “Benar Tuhan. Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” (Yoh. 21:15-17). Walaupun
kata “kasih” yang diucapkan Simon Petrus sebanyak tiga kali itu adalah kata Yunani fileo, yang kadarnya tidak setinggi kasih agape, tetapi itu merupakan suatu kejujuran dan ketulusan hati, bukan sesuatu yang emosional dan didasarkan pada kekuatan diri sendiri.

Akhirnya, Simon Petrus dipulihkan(Yoh 21:15-19). Ia dipenuhi dengan Roh Kudus di loteng Yerusalem, kemudian mengalami perubahan drastis dari seorang penyangkal Kristus menjadi rasul Kristus. Pelayanannya didasarkan pada kasihnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberinya kesempatan sekali lagi. Simon Petrus tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Sejarah gereja mencatat bahwa di akhir hidupnya ia mati sebagai martyr … disalibkan. Tetapi ia merasa tidak layak disalibkan sama seperti Gurunya. Simon Petrus disalibkan … dengan kepala di bawah.

Selalu ada pemulihan dari Tuhan bagi mereka yang mau kembali kepada-Nya. Tuhan sedang memberikan kesempatan kedua kepada kita. Mari kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk menjadi pengikut dan pelayan-Nya yang lebih sungguh-sungguh lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar